Selasa, 22 Oktober 2013

Pwaa!

OMG. Hey people!

Udah lama banget engga ngeblog:')

Btw sekarang udah SMA di Al-Azhar 7 Solo Baru, masuk X-IPA aka Rike Kurasu...



Yup. Pelajaran di IPA cukup hits. Apalagi fisikanya. Alamak........

Aku perlu belajar lebih banyak,kurasa.

Cuma nilai mapel inti sih yang jeblok tapi itu tetap mengerikan. Sangat mengerikan.


Di luar itu, temen-temen asrama seru banget! Udah kayak keluarga kyaa:3

ada lala santi eta qoonita aul afni kharis april ayu. Yup, 10 orang.

Dan mobil antar jemput cuma muat untuk 9 orang! Haha otomatis aku deh yang selalu di pangku.


Di sini aku ikut ekskul artskill. Jadi bisa desain baju,wii unyuu>w<)




By the way, I think I'm in love.


Aha,  a boy with the glasses. Wajahnya sering banget cemberut dan sengak. Tapi aku suka,
apalagi kalo liat senyumnya. He light up my world!:''')


Ada keyakinan 100% kalo dia engga nganggep aku, bahkan kenal aja mungkin enggak. atau mungkin aku dianggep sebagai junior yang annoying /?

Kalo pake kata-kata di-novel-in sih *ha* , 

"Aku tidak peduli jika ia tidak menganggapku bahkan tidak mengenalku, yang penting aku bisa melihat senyumnya,"

Dan yang kulakukan di sini hanya ngestalk, nyari tahu tentang dia dan yah...itu aja cukup. Sayang dari jauh, kagum dari jauh. 

Ah aku jadi terinspirasi buat fanfict! Haha

Oiya aku juga harus ngelanjutin fanfictku di wattpad! 

Ada yang mau baca? Any Directioners here? I think no one read this,lol.

Emang sih ini ocehan gapenting banget cuma buat pelampiasan. muehehe:3


Ini link wattpadku:3 judulnya 30Days One Direction Fan Fiction

http://www.wattpad.com/story/9057213


Well, Happy reading! Kurasa ceritanya agak pasaran mungkin ya, tapi itu hasil murni otakku. No, plagiat guys!:p




See ya next time! Aku mau ganti nama blog ah buehehe~

*ngilang*

Minggu, 04 Agustus 2013

tinuninuuuuu~

aduh lama engga ngeblog. Assalamualaikum dulu deh :3

Oke. efek sekolah di asrama jadi makin jarang ngeblog. Kebanyakan main sama temen-temen (?)

dan sekarang libuur!! aku mau ngeblog sampe puas ahaaa puas puasin yeay:3

yayayy pemberitahuan ajalahya sekedar curhat..

bakal jarang fangirling cowok ini.....


uyeak, dia menawan sekali saudara (?)

I think he's the cutest guy I ever see:3

ah inggris gue belepotan mohon maap yak. Kan bukan bahasa gue,bukan bahasa nenek moyang gue juga. Lagi belajar maklumi ajayaa~


Setidaknya masih ada laptop yang bisa dipake buat ngetik cerita:3

sekalikali pengen ngeshare info tentang hijab ah. Biar ini blog rada ada manfaatnya~

info hijabnya tentang beberapa model hijab yang ternyata itu modelnya yahudi. Ga ngerti? Makanya sering-sering mampir ke sini ya,siapa tau aku udah ngepost:3


kaykay sekian dari Nadhira, papayyy!! (^w^)/

Jumat, 21 Juni 2013

My Sirius Star - FanFiction Zayn Malik 1D (maaf agak absurd dan ngawur-_-)

Aku duduk termenung memangku secangkir teh hangat manis. Bukan. Aku tidak sedang menikmati pemandangan kota dari lantai sepuluh balkon apartemenku. Well,memang sih,aku menatap hujan. Hanya menatapnya! Pikiranku sedang mengembara ke mana pun. Semua yang tiba-tiba melintas di otakku langsung kupikirkan matang-matang. Ah,kecuali tentang hal memalukan yang pernah aku lakukan selama hidupku. Terkadang,saat seseorang sedang melamun,pasti tak sengaja memikirkan hal memalukan dan membuat perasaan tidak enak,yah walaupun....mereka pasti tersenyum sendiri,haha.

Aku mengendus bau hujan. Menyejukkan. Sejak kecil aku sangat menyukai hujan. Bagiku hujan membawa ketenangan. Dia meredam segala emosi. Un..maksudku, ia menggantikan cuaca panas menjadi dingin. Begini, hujan seperti seseorang yang menghilangkan amarah dan membawa kesejukan. Kalian tidak mengerti maksudku? Sudahlah. Ah tapi,kalau hujan.........aku jadi ingat seseorang. Seseorang yang selalu mampu membuatku tenang. Yang mengajariku banyak hal. Terutama,cara menikmati alam.


Saat itu umurku baru lima tahun, dan umurnya enam tahun.

"Zayn! Tunggu! Kau mau ke mana?" teriakku sambil berlari menyusul laki-laki kecil bermata indah itu. Agak kesusahan karena aku membawa Teddy Bear cokelat berukuran sedang.

"Aku mau bersantai! Kau mau ikut,Kayla?" Sahut Zayn. Ia membalikkan badannya kemudian mengulurkan tangannya.

"Tentu! Aku muak berada di rumah,Zayn." Aku menyentuh telapak tangan Zayn,sehingga laki-laki kecil itu menggenggam tanganku dan menyelipkan jemarinya di antara jemariku.

"Ada apa? Seperti biasa?" 

"Yeah,Zayn. Mommy dan Daddy bertengkar lagi. Aku benci itu," aku memajukan bibirku sedikit. Pertanda moodku sedang buruk. Zayn tersenyum lalu mengelus kepalaku.

"Jangan pikirkan itu. Sekarang kita bermain saja. Bagaimana?" Ujarnya dengan mata berbinar. Aku hanya mengangguk semangat. Zayn tertawa dan memelukku erat.

"Ke mana kita akan pergi?"

"Sungai," jawab Zayn sambil menyipitkan mata karena teriknya matahari.

"Apakah masih jauh? Aku lelah,zayn" keluhku. Biasanya,kalau aku berkata seperti itu ia akan menggendongku di punggungnya.

"Sedikit lagi sampai,kok. Tahan sebentar ya lelahnya. Setelah sampai kita akan istirahat. Nikmatilah panas matahari ini. Kita tidak akan menjumpainya saat winter," ia mengencangkan genggamannya pada tanganku. Telapak tangannya sendiri berkeringat. Aku hanya terdiam mematuhi perkataannya.

"Kita sudah sampai, princess!"

Aku melebarkan mataku menatap sungai dengan taman berhiaskan pohon yang tampak teduh. Biarpun ini bukan padang pasir...tapi aku merasa aku menemukan oase! 

"Bagaimana? Kamu senang kan?" Tanya zayn sambil duduk di atas rerumputan. Aku mengangguk. Siapa yang tidak gembira dan puas setelah melewati pekerjaan yang berat lalu  mendapat hasil yang indah seperti ini?

"Coba kamu berbaring,pejamkan mata,kosongkan pikiranmu," Zayn berbaring dan menutup matanya.


Tenang. Rasanya damai sekali.



Zayn adalah tetanggaku, juga sahabatku. Saat itu aku pindah ke Perumahan Hesfilen. Dan orang yang menempati rumah disebelah kami adalah keluarga Malik. Kami berkenalan saat aku berumur tiga tahun dan Zayn berumur empat tahun. Tentunya.... Itu ulah ibu kami yang menyuruh kami untuk bermain bersama. Saat itu aku hanya bisa mengikuti Zayn ke mana pun ia pergi. Memegang ujung bajunya sambil memeluk Teddy Bear. Zayn melindungiku dari gangguan sekelompok anak nakal yang sering menggodaku. Zayn memelukku saat aku menangis. Zayn mengalihkan perhatianku saat mommy dan daddy berdebat. Zayn,zayn, dan zayn. Aku merasa bersyukur aku dapat mengenalnya.

Aku menatap hujan. Seandainya aku tidak demam,aku pasti akan bermain hujan di luar sana...


"Sudah merasa tenang?" aku membuka mataku dan melihat zayn sedang duduk. Ia menghadap ke arahku dan tersenyum lebar. Aku mengangguk dan ikut duduk.

"Jadi...mau cerita tentang kekesalanmu pada mommy dan daddy?" aku mengangguk.

"Aku tidak mengerti,zayn. Kenapa daddy bisa marah hanya karena mommy pergi berdua dengan ayahmu. Lalu mereka bertengkar," zayn tampak terkejut lalu kembali tersenyum. Ia mengelus rambutku yang dikuncir dua. Kemudian aku menumpahkan kekesalanku dengan bentuk ocehan kepada zayn. Tentang aku yang tidak diperhatikan oleh mommy dan daddy,tentang kami bertiga yang jarang liburan bersama,tentang mommy dan daddy yang makin sering menambah jadwal berdebat mereka... Aku merasa tidak punya orang tua. Mom dan Dad Zayn juga tidak akur. Aku merasa hanya Zayn-lah satu-satunya keluargaku.

"Hujan,zayn! Kita harus berteduh!" seruku sambil menarik tangan zayn. Tapi ia malah menahan tanganku.

"Ikuti aku. Akan kuberitahu sesuatu yang menyenangkan," zayn menutup matanya dan menengadahkan wajahnya ke atas. Menyongsong hujan. Aku mengikutinya dalam kebingungan.

Dingin. Sejuk sekali. Aku melupakan rasa marahku pada mommy dan daddy.

"Sudah tidak marah kan?" Tanya zayn. Aku mengangguk dan membuka mata.



Itu sebabnya aku selalu berdiam diri di luar saat hujan,menikmati hujan. Bukan malah berteduh.
Aku menyesap teh manisku. Hangat. Aku teringat pada zayn. Ia sangat menyukai teh. Dia sedang apa?



"Zayn! Kayl! Kalian kehujanan ya?" Mom Zayn berlari ke arah kami dan memberi kami handuk. Beruntung,Zayn. Meskipun Mom dan Dadnya selalu bertengkar,Mom Zayn selalu perhatian pada zayn anak semata wayangnya.

zayn mengeringkan kepalanya juga badannya yang terbalut seragam SMA,kemudian ia mengeringkan rambut sebahuku dan membiarkanku mengeringkan seragam SMPku sendiri.

"Ini, teh hangat." Mom Zayn menyodorkan dua cangkir teh panas setelah kami ganti baju. Mom Zayn sudah menganggapku seperti anaknya sendiri,ia membelikanku baju saat ia membelikan zayn baju. Membelikanku barbie saat zayn dibelikan robot. Aku menyayanginya dan menganggapnya seperti ibuku sendiri.

Aku dan Zayn bersantai di atas kasur di dekat pintu transparan yang menghubungkan taman kecil di belakang rumah Zayn. Kasur ini selalu kugunakan dengan Zayn saat aku menginap dirumahnya. Ah,jangan berpikir macam-macam. Aku tidak pernah melakukan apapun dengannya. 

Ini termasuk waktu favoritku,aku tiduran di atas pangkuan Zayn sementara zayn duduk sambil menyisir rambutku.

"Kamu tidak kedinginan?" Tanya Zayn. Aku mengangguk dan menjawab, "sedikit"

"Minum tehnya. Nanti tubuhmu jadi hangat," perintah Zayn. Aku segera bangun dan menyesap teh hangatku. Hanya menyentuhnya saja sekujur tubuhku terasa hangat. 

"Enak kan? Ini sisi lain dari menyenangkannya hujan. Menikmati secangkir teh panas manis saat kedinginan," ujar Zayn.

Aku kembali tiduran di pangkuan Zayn lalu menghadap ke arah wajahnya.

"Hei,zayn. Tadi louis menyatakan cinta padaku,"

Zayn mengangkat sebelah alisnya,"lalu apa jawabanmu?"

"Aku menjawab tidak. Well,aku tidak punya perasaan sama sekali padanya. Aku hanya punya perasaan padamu," jawabku sambil memejamkan mata dan memeluk Teddy Bearku.

"Padaku?" Zayn mengusap kepalaku lembut. Suaranya terdengar pelan namun aku masih bisa ada nada terkejut di dalamnya.

"Yeah. Aku menyayangimu,zayn. Lebih dari apapun." 

"Perasaan seperti apa itu?"

"Aku juga bingung,padahal dulu biasa saja. Aku selalu merasa nyaman bersamamu. Tapi entah sejak kapan,aku jadi berdebar saat kau ada disampingku,"

"Well,kau menyukaiku sebagai seorang perempuan rupanya. Perasaanku terbalas," zayn tersenyum memamerkan giginya. Aku menaikkan alisku bingung.

"Kau mau jadi kekasihku,Kayl?"






Aku tersenyum mengingat itu. Zayn,cinta pertamaku,kekasih pertamaku. Aku tersenyum geli betapa hubungan cinta kami tidak ada bedanya dengan hubungan kakak adik kami.

"Kayl,ada es krim disudut bibirmu," zayn menyentuh ujung bibirku kemudian menjilat jarinya.

"Thanks,zayn"

Kami pacaran diam-diam. Tidak ingin orang tua kami tahu. Ah ya,orang tuaku bercerai 3 bulan yang lalu. Saat ini kami berdua sudah kuliah. Di universitas yang sama,jurusan yang sama pula.

"Umm,kita mau ke mana sekarang?" Tanyaku saat zayn menyalakan mobilnya lagi.

"Pulang,"

"Pulang?"

"Well,kayl. Aku belum bercerita padamu. Kau ingin cerita sedih atau bahagia dulu?"

"Ng..sedih"

"Orang tuaku sudah bercerai. Dan mom akan pulang ke Amerika besok,"

"Oh,mom! Aku pasti akan merindukannya. Kenapa bercerai?" keluhku sedih.

"Entahlah,kayl. Ada urusan orang tua yang tak bisa anaknya mengerti," ujar Zayn sambil menatap lurus ke jalan.

"Bahagianya?"

"Hak asuhku ada di tangan Dad. Jadi aku akan tetap tinggal di London,sayang" zayn tersenyum lembut dan menatap ke arahku sekilas. Aku ikut tersenyum. Zayn mencubit pipiku dan tertawa.

"Kau lucu sekali,Kayl"

"Memang baru tahu?"

"Tidak juga. Aku sudah menganggapmu lucu saat kau hanya bisa menyedot ingus sambil memegangi ujung bajuku dengan erat! Hahaha," zayn tertawa lepas sementara aku mengerutkan keningku.

"Hei aku tidak ingusan! Bodoh!" Rajukku.

"Dulu kau ingusan. Kau ini gampang sekali demam. Sampai aku hampir selalu menjagamu semalaman saat kau demam,"

Aku memalingkan wajahku ke arah jendela sambil memajukan bibirku.

"Bodoh,"

"A..apa Kayl?"

"Bodoh,"

"Kau ini kenapa sih?"

"Bodoh,"

"Hei,jangan marah!"

"Bodoh,"

"Kayla..."

"Kau bodoh,"

Zayn menghentikan mobilnya di dekat pantai. 

"Aku bodoh? Lalu kenapa kau mau jadi kekasihku?"

Aku mendengus,"itu karena kau memintaku,bodoh"

"Kau kan bisa menolaknya! Oh Tuhan,Kayl, jadi kau terpaksa jadi kekasihku?"

"Unn....bodoh,"

"Kayl..."

Aku membuka pintu mobil dan berlari ke arah pantai.

"Tangkap aku dulu baru aku akan memberi kau jawabannya,zayn!" Aku menjulurkan lidahku dan berlari.

"Dasar anak kecil! Kenapa dia cantik sekali sih," gumam zayn sambil tertawa pelan dan mematikan mesin mobilnya.



"Zayn lama sekali!" Aku mengambil air laut dengan tanganku.

"Tertangkap kau!" Seru zayn sambil memelukku dari belakang.

"Zayn!!" Teriakku kaget karena dress yang kugunakan basah.

"Tidak apa. Bajuku juga basah,kayl."

"Mana jawabannya? Aku menang! Aku menangkapmu!" Zayn duduk di atas pasir sambil tetap memelukku.

"Iya iya,lepaskan aku duluuu" rengekku sambil meronta.

Zayn tampak berpikir, "baiklaaah"

"Oke. Sebenarnya aku benci mengatakan ini. Tapi aku menjadi kekasihmu karena aku menyayangimu,zayn. Kau satu-satunya orang yang kusayangi!" Aku tersenyum lebar sambil duduk menghadap Zayn.

"Astaga kau manis sekali! Kau tampak tidak benci mengatakannya,babe" zayn memelukku erat dan mengelus rambutku yang dibiarkan tergerai.

"Hehe. Dan satu lagi,aku sangat menyukai matamu,kau tahu?" Bisikku sambil mengulurkan telunjukku untuk menyentuh bulu mata Zayn. Lalu aku dan Zayn tertawa sambil berpelukan. Aku merasa itu adalah saat paling bahagia dalam hidupku.



Aku tersenyum mengingat kejadian itu. Hujan sudah reda. Sama dengan senyumku yang mulai lenyap.


Kejadian ini kira-kira tiga tahun yang lalu...


"Kayl,apa mommy mengajakmu makan malam bersamaku dan dad?" Tanya Zayn saat kami sedang asyik membaca buku di rumah Zayn. Seperti biasa kami tiduran di atas kasur yang menghadap ke arah taman.

"Begitulah,zayn. Ada apa ya?" Aku menoleh ke arah zayn sambil memberi pembatas buku pada halaman yang sedang kubaca.

Zayn tersenyum. Tapi aku dapat merasakan kesedihan di matanya.

"Ada apa?"

"Apa pun yang terjadi nanti,tetaplah di sisiku,kayl. Tetaplah jadi kekasihku," ujar Zayn sambil menatap taman. Aku tersenyum. Kusenderkan kepalaku di bahunya.







"APA? Menikah? Tapi bagaimana....."

"Iya,Kayl. Mommy lihat kau dan Zayn seperti kakak adik. Jadi,jika Mommy menikah dengan Mr. Yonne,kau dan Zayn akan benar-benar menjadi kakak adik!" Mommy tersenyum dan menyentuh tanganku.

"Tapi Mom...aku dan Zayn..."

"Putuskan hubungan kalian berdua. Kalian bukanlah sepasang kekasih,kalian adalah kakak beradik," tegas Mr. Yonne,ayah Zayn.

"Itu benar!" Jawab Mommy sambil tersenyum cerah.

"Tapi Dad,aku menyayangi Kayla! Dia bukan adikku...."

"Zayn,aku dan Dadmu akan menikah. Kau dan Kayl tidak bisa menjadi sepasang kekasih. Kita akan menjadi keluarga yang manis," ujar Mommy lembut. Air mata mulai menyeruak keluar dari pelupuk mataku.

"Berhentilah egois,mommy! Tidak bisakah mom melihatku bahagia? Selama ini Mom hanya memikirkan pekerjaan. Tidak pernah mempedulikan kebahagiaanku!" Seruku kesal dan membanting pisau dan garpuku ke piring. Aku berlari keluar. Tidak peduli dengan high heels yang kupakai membuat kakiku sakit. Tidak peduli dengan tatapan orang-orang.

"Kayl!"

Aku berhenti mendengar suara itu. Zayn. Aku berlari memeluknya. Menangis sepuasku.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kenapa mereka seegois itu?!" Jeritku sambil memukul-mukul dada Zayn pelan.

"Tidak. Tidak. Jangan pukul aku seperti itu. Ah,mereka memang egois,Kayl. Tapi bukankah aku sudah bilang apa pun yang terjadi tetaplah jadi kekasihku?" Zayn memelukku erat dan mengelus rambutku. Sebuah kebiasaannya untuk menenangkanku.

"Ya," aku tersenyum dan membiarkan Zayn menghapus air mataku.

"Jadi,apa yang akan kita lakukan,Zayn?"

"Aku akan pergi ke Amerika menyusul..Mom."

"Lalu bagaimana denganku?" Aku merengut.

"Tentu saja kau ikut bersamaku,bodoh!" Zayn mencubit hidungku.

"Lalu apa yang akan kita lakukan di sana?"

"Tinggal di sana saja. Lupakan hak asuh bodoh itu," zayn mengibaskan tangannya.

"Baiklah. Aku ikut. Lagipula daddy tinggal di Amerika," aku tersenyum.

"Kita ke bandara sekarang. Oke?" Zayn menggenggam tanganku dan menyelipkan jemarinya di antara jemariku. Hal yang biasa dilakukan saat kami masih kecil.

"Tidak,Zayn!!"

Aku menoleh. Mr. Yonne!

"Lari,Kayl! Masuk ke taxi itu!" Zayn menarik tanganku. 

"Jangan bawa putriku,Zayn!"

"Maaf mom! Aku juga ingin kebahagiaanku! Aku tidak ingin merasakan egomu lagi! Aku muak!" Seruku sambil mengikuti Zayn masuk ke taxi.

"Ke bandara,pak!" Perintah Zayn. Dan taxi pun langsung melaju.

"Aku akan menelpon mom. Ia sudah menyiapkan tiket ke Amerika untuk kita,"

"Kau sudah tahu rencana pernikahan itu?" Mataku terbelalak.

"Yeah. Itu sebabnya aku minta mom untuk menyiapkan tiket ke Amerika," Zayn tersenyum lebar.




Tanpa membawa barang apapun,aku dan Zayn berangkat ke Amerika.

"Kau mengantuk?"

Aku menoleh lalu tersenyum ke arah Zayn dan menggeleng.

"Zayn,aku menyayangimu. Sangat." Aku bersandar di bahu Zayn.

"Aku juga,"

Tiba-tiba pesawat berguncang keras. Para penumpang disuruh menggunakan pelampung. Ada masalah pada pesawat dan kita akan mendarat di atas laut.

"Oh tidak," wajah Zayn memucat setelah menggunakan pelampung.

"Ada apa?" Tanyaku cemas.

"Kau tahu,aku paling lemah terhadap kolam renang. Apalagi laut yang dalam," bisik Zayn. 

"Tidak apa. Aku bersamamu. Kita loncat bersama. Oke?" Aku menggenggam tangan Zayn lembut.

Pintu darurat sudah dibuka,para penumpang sudah terjun dan melepaskan parasut mereka.

"Ayo Zayn," aku menarik tangannya. Dia sudah terlalu banyak memberiku kekuatan. Kini giliranku memberinya keberanian.

"Oke, hitungan ketiga, satu....dua...."

"Kayl,aku mencintaimu,"

"Tiga!"

Aku dan Zayn lompat. Aku segera membuka parasutku.

"Zayn! Buka parasutmu,bodoh!" Teriakku.

"Yang mana?!" Seru Zayn panik.

"Yang i......" BYURRR!!!! Zayn masuk ke dalam laut. Sesaat kemudian kulihat ia mengambang dengan bibir yang membiru.

"ZAYN!!!!!!"






Aku menggigit bibir. Nyaris menangis mengingat hal itu. Saat itu aku merasa separuh jiwaku hilang. Serangkaian gambaran hidupku tanpa Zayn. Aku mengusap mataku yang basah. Zayn........


Tiba-tiba pintu kamarku terbuka
"Kayl! Kata mom kau demam... OH ASTAGA kau sedang apa di sana ,bodoh! Kau bisa makin sakit!" Pria itu menghampiriku dan memelukku dari belakang. Mengecup puncak kepalaku.

"Maaf aku tidak disampingmu saat kau demam," kata Zayn penuh sesal.

"Tak apa. Kita sudah bukan anak kecil. Kapan kau pulang? Aku sangat merindukanmu!" Aku membalikkan badanku dan membalas pelukannya.

"Tadi mom menelponku mengatakan kau demam. Jadi aku langsung terbang ke sini. Maaf aku lama tidak pulang,pekerjaanku banyak sekali,sayang" ujar Zayn dengan penuh sesal lagi.


Yeah. Zayn tidak mati,bodoh. Ia hanya pingsan dan shock karena tenggelam. Berkat pertolongan pertama,dia bisa pulih dan sehat lagi. Kami pun langsung naik pesawat lain menuju Amerika. Dua tahun setelah kejadian itu, sekarang aku tinggal bersama Ibu Zayn dan juga kekasihku ini. Sesekali kami berkunjung ke rumah Dad yang masih tetap sibuk. Meskipun beliau sibuk,ia sekarang memperhatikanku dan menyayangiku. Mom dan Mr. Yonne? Entahlah,mungkin mereka sudah hidup bahagia berdua.

"Berhentilah meminta maaf,bodoh. Kau tidak bersalah," aku tertawa pelan dan kembali melihat langit.

"Hey,itu bintang sirius!" Seruku sambil menunjuk satu bintang yang bersinar.

"Apa itu?" Zayn kebingungan.

"Bintang yang bersinar paling terang. Walaupun sedang mendung,ia tetap bersinar paling terang. Membuat langit mendung tampak cantik." Jelasku kemudian menoleh ke arah Zayn.


"Seperti kau! kamu selalu membuatku bahagia. Walaupun aku sedang bersedih,kau selalu mampu membuatku tersenyum, kau bintang sirius-ku,Zayn!"




Zayn terkejut kemudian pipinya memerah. Ia kembali memelukku,

"astaga,kau manis sekali! Kau juga bintang siriusku,"  ujar Zayn sambil tertawa. Aku ikut tertawa dan membalas pelukannya.


"Waktu yang tepat. Okay,Kayl," Zayn merogoh saku jaket yang ia kenakan dan membuka kotak kecil yang diambilnya dari sana.



"Hey,will you marry me?" Zayn mengulurkan kotak berisi cincin itu ke arahku.



"Oh, Zayn!" pekikku girang sambil menutup mulutku.



"Jadi?" Zayn tersenyum sambil menaikkan satu alisnya.



"Of course,I will Zayn," aku memeluk Zayn sambil tertawa pelan.



"Haha, thank you,Kayl" bisik Zayn. Aku mengangguk.



"I love you,Zayn. Aku suka mata indahmu itu,"



"I love you too," Dan seperti kebiasaan Zayn saat kami kecil,ia menyelipkan jemarinya di antara jemariku.

 
This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog.